Kamis, 05 November 2015

TIFOID (Tiphus/ Tipes)


http://www.google.co.id/imgres?imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq2LxDlB1bTq7eV7jYPTuYYH_6sbd4v7QeeA71yI8PTmMgiRK4l2jasPFYt2HVEu_2uiqFaoXnGuFU_rYkVTsGl5j6UEGdW0dn81n8SdjKeE82i-vyhe_26QDDp0p1sLsJh8iAHxPH4gOw/s1600/Typhoid-Fever.jpg&imgrefurl=http://www.gist360.com/2014/08/typhoid-symptoms-diagnosis-treatment.html&h=300&w=400&tbnid=CXG60fyK8-i9wM:&docid=nPEcika6VIuTSM&ei=3g07VqezNYu30ATok5GoBw&tbm=isch&ved=0CD4QMygOMA5qFQoTCKeamMPp-MgCFYsblAod6EkEdQ
Definisi dan Epidemiologi
Infeksi sistemik oleh bakteri Salmonella sp. Sebagian besar kasus terjadi pada anak berusia >5 tahun tetapi gejala dan tanda klinisnya masih sangat luas sehingga sukar didiagnosis.
Etiologi
Sekitar 95% kasus demam tifoid di Indonesia disebabkan oleh S. typhi, sementara sisanya disebabkan oleh S. paratyphi. Keduanya merupakan bakteri Gram-negatif. Bakteri ini memiliki masa inkubasi sekitar 10-14 hari.
Patogenesis
Bakteri awalnya masuk bersama makanan hingga mencapai epitel usus halus (ileum) dan menyebabkan inflamasi lokal, fagositosis, serta pelepasan endotoksin di lamina propria. Bakteri kemudian menembus dinding usus hingga mencapai jaringan limfoid ileum yang disebut plak Peyeri. Dari tempat tersebut, bakteri dapat masuk ke aliran limfe mesenterika hingga ke aliran darah (bakteremia I) bertahan hidup dan mencapai jaringan retikuloendotelial (hepar, limpa, sumsum tulang) untuk bermultiplikasi memproduksi enterotoksin yang meningkatkan kadar CAMP di dalam kripta usus yang menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke lumen interstinal. Selanjutnya, bakteri kembali beredar ke sirkulasi sistemik (bakteremia II) dan menginvasi organ lain, baik intra maupun ekstraintestinal.
http://wirawan-lesmana.blogspot.co.id/2010/09/askep-anak-dengan-demam-tifoid.html
Tanda dan Gejala


  • Masa inkubasi (10-14 hari): asimtomatis;
  • Fase invasi. Demam ringan, naik secara bertahap, terkadang suhu malam lebih tinggi dibandingkan pagi hari. Gejala lainnya ialah nyeri kepala, rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, muntah, sakit perut, batuk, lemas, konstipasi;
  • Di akhir minggu pertama, demam telah mencapai suhu tertinggi dan akan konstan tinggi selama minggu kedua. Tanda lainnya ialah bradikardia relatif, pulsasi dikrotik, hepatomegali, splenomegali, lidah tifoid (di bagian tengah kotor, di tepi hiperemis), serta diare dan konstipasi;
  • Stadium evolusi. Demam mulai turun perlahan tetapi dalam waktu yang cukup lama. Dapat terjadi komplikasi perforasi usus. Pada sebagian kasus, bakteri masih ada dalam jumlah minimal (menjadi karier kronis).
Pemeriksaan Penunjang


  • Laboratorium hematologi rutin: anemia, leukopenia, an-eosinofilia, limfositosis relatif, atau trombositopenia (pada kasus berat);
  • Peningkatan laju endap darah (LED);
  • Peningkatan enzim transaminase;
  • Serologi: antibodi IgM 09 Salmonella thypii;
  • Pemeriksaan radiologik:
    • Rontgen toraks apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
    • Rontgen abdomen bila dicurigai terjadi kompikasi intraintestinal (peritonitis, perforasi usus atau perdarahan saluran cerna)
Diagnosis

http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://mayaclinic.in/patient-education/wp-content/uploads/2014/08/typhoid.jpg&imgrefurl=http://mayaclinic.in/patient-education/typhoid-fever-things-we-should-know/&h=228&w=300&tbnid=hmizpvncS7OGoM:&docid=eIEzh4WF2AsXiM&ei=3g07VqezNYu30ATok5GoBw&tbm=isch&ved=0CEIQMygSMBJqFQoTCKeamMPp-MgCFYsblAod6EkEdQDiagnosis demam tifoid ditegakkan apabila ditemukan gejala klinis tifoid yang didukung dengan minimal salah satu pemeriksaan penunjang berikut:
  • Uji diagnostik lainnya yang lebih sensitif dan spesifik, seperti serologi IgM, immunoblotting (Typhi-dot), DNA probe, serta pemeriksaan PCR.
  • Biakan Salmonella typhi.
 
Diagnosis Banding
Influenza, gastroenteritis, bronkitis dan bronkopneumonia. Pada demam tifoid yang berat maka
sepsis, leukemia, limfoma, dan penyakit Hodgin dapat dipertimbangkan.
Komplikasi
  • Peritonitis dan perdarahan saluran cerna: suhu menurun, nyeri abdomen, muntah, nyeri tekan pada palpasi, bising usung menurun atau menghilang, ditemukan defans muskular, dan pekak hati menghilang;
  • Perforasi intestinal;
  • Ensefapaloti tifoid (toxic typhoid);
  • Hepatitis tifosa.
Tata Laksana
  1. Suportif: Tirah baring, isolasi memadai, serta kebutuhan cairan dan kalori yang adekuat. Berikan diet makanan lunak (mudah dicerna) dan tidak berserat, Setelah demam menurun, dapat diberikan makanan yang lebih padat dengan kalori terpenuhi sesuai kebutuhan.
  2. Medikamentosa:
    • Antibiotik:
      • Lini pertama:
        • Kloramfenikol 100 mg/KgBB/hari per oral atau intravena, dibagi dalam 4 dosis, selama 10-14 hari atau sampai 5-7 hari setelah demam turun. Kloramfenikol tidak diberikan apabila leukosit >2000/uL;
        • Amoksisilin 100 mg/KgBB/hari per oral atau intravena selama 10 hari;
        • Kotrimoksazol (Sulfamethoxazole/TMP) 6-8 mg/KgBB/hari 3 bulan 7 hari dibagi 2 dosis.
      • Lini kedua (Multidrug resistant S. thypii):
        • Seftriakson 80 mg/KgBB/hari intravena atau intramuskular, sekali sehari, selama 5 hari.
        • Sefiksim 10 mg/KgBB/kali per oral, dibagi dalam 2 dosis, selama 10 hari.
        • Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan penurunan kesadaran: deksametason 1-3 mg/KgBB/hari intravena, dibagi 3 dosis, hingga kesadaran membaik.
        • Pertimbangkan transfusi darah pada kasus perdarahan saluran cerna.
      • Tindakan bedah diperlukan bila terjadi perforasi usus.
Referensi
  1. Pudjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, penyunting. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011.
  2. Cleary TG. Salmonella. Dalam: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J, Schor N, Behrman RE, penyunting. Nelson's textbook of pediatrics. Edisi ke- 19. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011.
  3. Sumarmo SPS, Herry G, Sri RSH, Hindra IS, penyunting. Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012.

0 komentar:

Posting Komentar