Selasa, 20 Oktober 2015

BANTUAN HIDUP LANJUT (BHL)

Defibrilasi AED
1. Definisi
Bantuan hidup lanjut (BHL) yaitu bagian dari chain of survival yang dilaksanakan setelah bantuan hidup dasar (BHD) dikerjakan.
2.Tujuan
Tujuan BHL yakni mengupayakan agar jantung berdenyut kembali dan mencapai curah jantung yang adekuat.
3. Komponen BHL;
  1. Pengamanan jalan napas menggunakan alat bantu,
  2. Ventilasi yang adekuat,
  3. Pembuatan akses jalur intravena (IV) atau jalur alternatif untuk induksi obat,
  4. Menginterpretasikan hasil EKG,
  5. Mengupayakan sirkulasi spontan dengan cara defibrilasi jantung dan penggunaan obat-obat emergensi yang sesuai indikasi.
4. Peralatan
  1. Oropharyngeal airway (OPA) atau nasopharyngeal airway (NPA) ,
  2. Resuscitation bag dan sungkup muka atau mesin ventilator,
  3. Endotracheal tube (ET) dengan laringoskopi, laryngeal mask airway, atau supraglotic airway device lainnya,
  4. Defibrilator, baik otomatis maupun manual, yang memiliki monitor irama jantung (EKG),
  5. Alat monitor standard (pulse oxymetry, pengukur tekanan darah, dan PETC02),
  6. Medikamentosa emergensi dan cairan infus.
5. Algoritme Bantuan Hidup Lanjut
Algoritma AHA 2010

  • Shockable: fibrilasi ventrikel (VF) dan takikardi ventrikel tanpa denyut nadi (pulseless VT).
  • Non-shockable: asistol dan pulseless electrical activity (PEA). Pastikan untuk mengecek sadapan jantung pada irama asistol untuk memastikan tidak ada yang terlepas.
Penggunaan defibrilator bergantung pada jenis alat
  • Defibrilator monofasik: berikan 360 J sekali kejutan
  • Defibrilator bifasik: berikan 120-200 J sekali kejutan
*Kejutan berikutnya harus dengan daya yang sama atau lebih besar.
*Sebelum melakukan defibrilasi, pastikan area sekitar dan penolong bebas (clear).

7. Farmakologi
  • Epinefrin/Adrenalin IV/IO dengan dosis 1 mg setiap 3-5 menit.
  • Amiodaron IV/IO. Dosis pertama: 300 mg bolus; dosis kedua: 150 mg.
*AHA 2015 : vasopressin tidak lagi digunakan sebagai pengganti epinefrin karena dianggap tidak lebih baik.
Perhatikan pemberian obat-obatan:
  1. Henti jantung shockable, Obat lini pertama adalah epinefrin. Jika penggunaan epinefrin dan defibrilasi belum berhasil, maka dapat diberikan amiodaron sebagai obat alternatif.
  2. Henti jantung non-shockable, Obat yang digunakan hanya epinefrin.
8. Alat Bantu Napas Lanjutan
  • Gunakan alat bantu supraglotik atau lakukan intubasi. Pemasangan alat bantu napas harus selesai dalam jangka waktu 30 detik, jika tidak hentikan dan berikan napas buatan, lalu coba pasang lagi.
  • Apabila alat bantu napas lanjutan sudah terpasang, berikan ventilasi sebanyak 8-10 kali per menit dengan tetap melakukan RJP (resusitasi jantung paru).
Return of Spontaneous Circulation (ROSC). Kembalinya sirkulasi spontan ditandai:
  • Kembalinya denyut nadi dan tekanan darah;
  • Peningkatan PETC02 secara cepat, biasanya ≥4 mmHg.
Setelah tercapai ROSC, hal-hal yang harus dilakukan:
  • Pemeriksaan EKG 12 sadapan,
  • Pastikan adekuatnya oksigenasi dan ventilasi,
  • Jaga temperatur tubuh,
  • Terapi perfusi/reperfusi.
Sembari melakukan BHL, tim penolong harus mencoba mencari penyebab henti jantung agar dapat memberikan obat atau terapi spesifik yang tepat.
Penyebab tersering henti jantung yang harus dipertimbangkan dikenal dengan singkatan 5H5T, yang terdiri dari:

Penyebab tersering henti jantung

Pasca ROSC pasien memerlukan perawatan pasca henti jantung di ruang rawat intensif yang bertujuan untuk mencegah henti jantung berulang.

Referensi
Neumar RW, Otto CW, Link MS, Kronick SL, Shuster M, Callaway CW, dkk. Part 8: adult advanced cardiovascular life support: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010; 122 (suppl 3):S729-67.

0 komentar:

Posting Komentar