Senin, 19 Oktober 2015

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

1. Definisi



Kompresi Jantung

Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah tindakan dasar untuk menyelamatkan korban/pasien yang mengalami henti jantung.


2. Komponen
     Dinegara berkembang seperti Indonesia, definisi BHD lebih sesuai mengadaptasi dari European Resuscitation Council (ERC) tahun 2005, yakni tindakan mempertahankan patensi jalan napas dan pemberian napas bantuan, serta kompresi jantung untuk mempertahankan sirkulasi tanpa menggunakan alat bantu (kecuali alat proteksi diri). Resusitasi jantung paru memiliki prinsip yaitu strategi universal untuk menyelamatkan seseorang dari henti jantung mendadak. Strategi tersebut berupa rangkaian tindakan yang disebut Rantai Keselamatan (Chain of Survival), yaitu meliputi:
  1. Pengenalan dini tanda henti jantung (cardiac arrest) mendadak dan meminta pertolongan
  2. Resusitasi jantung paru (RJP) sedini mungkin dengan kompresi dada yang  berkualitas
  3. Defibrilasi sesegera mungkin
  4.  Bantuan Hidup Lanjut yang efektif
  5. Perawatan pasca henti jantung yang terintegrasi
Rantai Keselamatan (AHA 2010)
      Berdasar European Resuscitation Council (ERC) 2010, henti jantung (fibrilasi ventrikel) yang segera di RJP dan dilakukan defibrilasi dalam waktu 3-5 menit sejak korban tidak sadarkan diri memiliki angka keberhasialan hingga 49-75%. Sementara, penundaan defibrilasi pada korban henti jantung akan menurunkan kemungkinan selamat 10-12% tiap menitnya.

3. Algoritma
Bagan BHD
Indikasi BHD adalah sebagai berikut:
  1.  Hilang kesadaran
  2.  Tidak ada respon
  3. Tidak bernapas atau napas tidak normal (gasping)
4. Kompresi
       Kompresi adalah tindakan yang harus segera dilakukan tanpa menunda dengan adanya indikasi diatas serta tidak ditemukannya denyut nadi pada arteri besar (misal Karotis). Kompresi dada dilakukan ditengah-tengah dada (pada setengah bagian bawah tulang sternum). Kompresi dada dilakukan sebanyak 30 kali lalu diikuti dengan napas buatan 2 kali (30:2) sampai dilakukan defibrilasi pada korban. Bila ada dua penolong dilokasi tempat kejadian, hendaknya kompresi dilakukan bergantian tiap 3 menit.

Kompresi dada pada masing-masing usia memiliki proporsi masing-masing. Pada anak usia 1-12 bulan, kompresi dada dilakukan dengan dua jari ditengah dada dan ditekan sedalam 4 cm. Pada anak usia 1-8 tahun, kompresi dilakuakn dengan kedua tangan atau satu tangan sedalam 5 cm dnegan mempertimbangkan besar tubuh korban dan kekuatan penolong.       
Keberhasilan BHD sangat bergantung pada kompresi dada yang berkualitas, yaitu;
  • ·         Laju kompresi (frekuensi) minimal 100x/menit
  • ·         Kedalaman kompresi 5 cm
  • ·         Memberikan kesempatan dinding dada untuk mengembang secara sempurna diantara kompresi
  • ·         Meminimalisir interupsi (penghentian RJP) maksimal 10 detik (bila sangat diperlukan)
5. Napas Buatan
Napas buatan sebaiknya dilakukan dengan cara:
  • Satu tiupan napas buatan dalam satu detik
  • Memberikan napas buatan hingga dinding dada korban sedikit terangkat
      Napas buatan dilakukan 2x setelah kompresi sebanyak 30 kali melalui mulut ke mulut (dewasa dan anak), mulut kehidung (bayi). Napas buatan sebaiknya dilakukan karena dapat sangat membantu kondisi pasien/ korban kecuali tidak memungkinkan dengan alasan apapun. Namun kompresi dada tetap harus dilakuakan.


Referensi
Nolan JP, Hazinski MF, Billi JE, et al. Part 1: Executive Summary: 2010 International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment Recommendations. Resuscitation. In press.

Abella BS, Berg RA, Hemphil R, Aufderheide TP, Cave Dm, Hazinski MF, dkk Part 5: Adult basic life support: 2010 American Heart Association Guidlines for Cardiopulmonary Resucitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122 (suppl 3) :S685-705

0 komentar:

Posting Komentar